Sistem Pendidikan Barat Menurut Ki Hajar Dewantara: Terlalu Fokus pada Rasio dan Ilmu Pengetahuan

Banyak kontroversi mengenai sistem pendidikan yang diterapkan di Barat. Menurut Ki Hajar Dewantara, sistem pendidikan Barat sangat mengedepankan rasio dan ilmu pengetahuan tanpa ada nilai-nilai kebajikan. Sistem tersebut bertujuan untuk menghasilkan individu yang cerdas dan berpengetahuan luas tanpa memperhatikan aspek moral dan budaya. Pengamatan Ki Hajar Dewantara ini masih relevan hingga saat ini karena di beberapa negara Barat, pendidikan yang diterapkan juga masih cenderung fokus pada pengembangan akademik dan pengetahuan secara teknis. Bagaimana pendapat Anda tentang sistem pendidikan Barat?

Ki Hajar Dewantara: Sistem Pendidikan Barat Tidak Memprioritaskan Kebudayaan Lokal

Pendidikan adalah ikhtiar untuk mengembangkan potensi diri dan menuntut ilmu dalam rangka memajukan bangsa. Namun, Dewan Pendidikan Nasional mencatat bahwa masih banyak anak bangsa yang kurang tertarik pada pendidikan. Kendati telah banyak program pemerintah yang diluncurkan guna meningkatkan minat dan kualitas pendidikan, namun masih banyak hal yang perlu dievaluasi.

Ki Hajar Dewantara salah seorang tokoh terkemuka dalam dunia pendidikan Indonesia, dan memiliki perspektif yang unik dan inovatif dalam membangun sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu poin penting yang terus dilontarkan Ki Hajar Dewantara adalah bahwa sistem pendidikan Barat mengedepankan rasio dan ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan kebudayaan lokal.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut terkait pandangan Ki Hajar Dewantara tentang implementasi sistem pendidikan Barat di Indonesia:

1. Fokus pada Rasio dan Ilmu Pengetahuan

Sistem pendidikan Barat yang diadopsi di Indonesia cenderung memfokuskan pada ilmu pengetahuan dan rasio. Padahal, Ki Hajar Dewantara mengungkap bahwa sistem pendidikan yang baik adalah yang mampu menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan kebudayaan lokal.

Ilmu pengetahuan memang penting, namun kebudayaan lokal juga tidak kalah pentingnya. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya memberikan perhatian yang seimbang antara keduanya.

2. Mengancam Identitas Budaya Lokal

Penerapan sistem pendidikan Barat cenderung mengancam identitas budaya lokal. Kenyataannya, pendidikan selalu terkait dengan kebudayaan. Jika sistem pendidikan tidak memperhatikan kebudayaan lokal, maka akan terjadi degradasi budaya lokal dan mengancam keberlangsungan kebudayaan nasional.

3. Kurangnya Penekanan pada Karakter Bangsa

Sistem pendidikan Barat yang mengedepankan ilmu pengetahuan dan rasio, kurang memperhatikan pembentukan karakter bangsa. Pendidikan seharusnya dapat memberikan karakter bangsa yang kuat dan cinta pada tanah air.

Kendati ilmu pengetahuan menambah wawasan dan pengetahuan, namun bila tidak diimbangi dengan karakter bangsa yang kuat, maka anak bangsa akan kebingungan dan kehilangan jati diri sebagai generasi penerus bangsa.

4. Cara Belajar yang Tidak Menyenangkan

Menurut Ki Hajar Dewantara, kebanyakan kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia didesain dengan cara yang membosankan bagi anak-anak.

Banyak program-program pendidikan yang memprioritaskan ilmu pengetahuan dan rasio dengan metode dan cara belajar yang monoton. Hal ini menjadikan anak-anak merasa jenuh dan kehilangan minat dalam belajar.

5. Siswa Dijadikan Alat

Sistem pendidikan Barat yang diimplementasikan di Indonesia lebih memprioritaskan kepentingan negara dan industri. Siswa dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.

Alhasil, proses belajar dan pengembangan potensi diri siswa menjadi terabaikan dan tidak dihargai. Padahal, proses pendidikan seharusnya memperhatikan keseimbangan antara kepentingan negara dengan kepentingan siswa itu sendiri.

6. Sepi dari Nilai-nilai Kemanusiaan

Sistem pendidikan yang mengedepankan ilmu pengetahuan dan rasio, cenderung meminggirkan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kasih sayang, persaudaraan, dan kepedulian.

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang ideal adalah yang tidak hanya fokus pada pencapaian ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mampu menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam diri siswa.

7. Kurangnya Penekanan pada Bahasa-bahasa Lokal

Bahasa-bahasa lokal memegang peran penting dalam membangun identitas suatu daerah dan budaya nasional.

Sayangnya, dalam praktiknya, bahasa-bahasa lokal tidak mendapat perhatian penuh dalam sistem pendidikan. Hal ini menjadikan anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengenal dan mencintai bahasa-bahasa lokal di daerahnya.

8. Abai Terhadap Kesetaraan Gender

Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia cenderung abai terhadap kesetaraan gender.

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan harus menghormati hak dan kesetaraan gender, serta memastikan kesempatan yang sama untuk kedua jenis kelamin.

9. Tidak Bermuara pada Aksi Konkrit

Sekitar 90 persen penerimaan siswa SMA di Indonesia berasal dari dua puluh persen SMA terbaik.

Ini mengindikasikan adanya kesenjangan dalam pendidikan antara sekolah-sekolah yang berkualitas dan yang tidak.

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya kebijakan yang berdasarkan data dan memberikan solusi bagi kesenjangan pendidikan tersebut. Dalam hal ini, sistem pendidikan seharusnya dapat menghasilkan aksi konkrit yang nyata untuk mengatasi masalah pendidikan yang masih dihadapi di Indonesia.

10. Beban Belajar yang Berat

Sistem pendidikan di Indonesia cenderung mengajarkan materi yang terlalu banyak dalam waktu yang terlalu singkat. Hal ini menjadikan beban belajar yang berat bagi siswa.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus diimplementasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan begitu, siswa tidak akan merasa terbebani untuk mempelajari seluruh materi yang diajarkan.

Demikianlah penjelasan tentang pandangan Ki Hajar Dewantara tentang sistem pendidikan Barat di Indonesia. Meski masih banyak kekurangan dalam praktik implementasi sistem pendidikan, namun Ki Hajar Dewantara optimis bahwa pendidikan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dengan mengedepankan keberlangsungan kebudayaan lokal dan menumbuhkan karakter bangsa yang lebih kuat.

Mengapa Sistem Pendidikan Barat Dikritik?

Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, sistem pendidikan Barat memiliki beberapa kekurangan. Adapun alasan mengapa sistem pendidikan Barat mendapatkan kritik dari Kiai tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memandang Siswa Sebagai Barang:

Sistem pendidikan Barat memandang siswa sebagai objek belajar yang harus diisi dengan pengetahuan sebanyak-banyaknya, termasuk pengetahuan yang sebenarnya tidak berguna bagi siswa. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar Ki Hajar Dewantara yang lebih menempatkan siswa sebagai subjek belajar yang memiliki hak untuk belajar sesuai potensi dan minatnya.

2. Terlalu Menekankan Rasio:

Sistem pendidikan Barat mengedepankan rasio atau logika dalam memecahkan masalah. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa selain rasio, manusia juga harus memiliki kepekaan terhadap perasaan dan hati nurani.

3. Mengabaikan Kebudayaan Lokal:

Pendekatan belajar Barat cenderung mengabaikan kearifan lokal dan budaya serta bahasa daerah. Padahal, kearifan lokal dan budaya saja bisa menjadi sumber pengetahuan yang sangat berharga bagi siswa.

4. Kurang Menekankan Kreativitas dan Inovasi:

Proses belajar Barat cenderung menekankan pada kemampuan siswa untuk mengingat dan mengulang informasi. Sementara itu, keterampilan yang lebih penting seperti kreativitas dan inovasi jarang ditekankan.

5. Terlalu Fokus pada Tujuan Akhir:

Pendekatan belajar Barat cenderung memandang nilai akhir atau prestasi sebagai tujuan utama. Padahal, proses belajar itu sendiri seharusnya dipandang sebagai tujuan.

6. Kurang Memberikan Ruang untuk Proses Belajar yang Menyenangkan:

Belajar seharusnya menjadi kegiatan yang menyenangkan, namun sistem pendidikan Barat sering dianggap membosankan oleh siswa. Sistem belajar yang membosankan bisa menghambat hasil belajar siswa.

7. Mengabaikan Perbedaan Individu:

Sistem pendidikan Barat kurang memberikan perhatian pada perbedaan individu siswa. Padahal, setiap siswa memiliki keunikan dan potensi yang berbeda yang perlu diperhatikan dalam proses belajar.

8. Terlalu Mengutamakan Tes dan Evaluasi:

Sistem pendidikan Barat terlalu mengutamakan tes dan evaluasi dalam menilai hasil belajar siswa. Padahal, ada banyak aspek belajar yang tidak dapat diukur dengan tes.

9. Kurang Mengajarkan Moral dan Etika:

Pendekatan belajar Barat kurang menekankan pada pengembangan moral dan etika siswa. Padahal, keterampilan tersebut sangat penting untuk membentuk siswa yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia.

10. Kurang Mempertimbangkan Aspek Kesehatan:

Sistem pendidikan Barat cenderung terlalu fokus pada pengisian informasi yang harus dipelajari siswa, tanpa memperhatikan kondisi fisik dan mental siswa. Padahal, kondisi tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara keseluruhan.

Sistem Pendidikan Barat Mengedepankan Rasio

Sistem pendidikan Barat telah menjadi basis utama dalam menentukan seberapa sukses suatu institusi pendidikan dianggap. Oleh karena itu, setiap institusi pendidikan berlomba-lomba untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas pendidikannya agar diakui oleh masyarakat luas sebagai institusi yang memberikan pendidikan terbaik.

1. Mengedepankan Karakteristik Rasio di Sekolah

Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia, mengkritik sistem pendidikan Barat yang mengedepankan rasio. Rasio didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan berdasarkan perhitungan atau pemeriksaan. Dalam perspektif pendidikan, siswa diajarkan untuk memahami matematika dan logika dalam mengambil sebuah keputusan. Hal ini cenderung menekankan pada kemampuan akademis siswa, tanpa memperhatikan aspek karakter.

2. Pengembangan Karakter Proaktif

Sebaliknya, sistem pendidikan Indonesia bercita-cita mencetak insan yang memiliki karakter proaktif yang lebih diutamakan daripada kecerdasan akademis atau prestasi yang tinggi. Ini tidak berarti mengacuhkan kemampuan akademis siswa, namun lebih diakui bahwa pengembangan karakter proaktif lebih penting daripada kemampuan akademis. Karena karakter proaktif akan sangat berpengaruh pada masa depan individu itu sendiri dalam menjadi bagian dari masyarakat luas.

3. Kurikulum Tidak Terfokus Pada Satu Bidang Mata Pelajaran

Sistem pendidikan Barat juga cenderung memiliki kurikulum yang terfokus pada satu bidang mata pelajaran seperti matematika atau sains. Kurikulum yang satu arah seperti ini membatasi pemahaman siswa tentang dunia dan mengurangi kemampuan siswa untuk berinovasi dan berpikir di luar kotak. Sementara itu, di Indonesia kurikulum tidak terfokus pada satu bidang mata pelajaran saja, melainkan membahas banyak hal seperti karakter, moral, sosial dan kreativitas.

4. Edukasi Karakter Dalam Kelas

Sistem pendidikan Indonesia mengedepankan pendidikan karakter sebagai bagian dari pengembangan pribadi setiap siswa. Hal ini dapat diwujudkan dengan adanya pembelajaran langsung tentang nilai-nilai moral dan karakter dalam proses belajar mengajar. Nilai-nilai moral dan karakter dapat disampaikan melalui banyak cara seperti cerita atau diskusi kelas.

5. Meningkatkan Kreativitas Siswa

Sistem pendidikan Indonesia juga mengutamakan pengembangan kreativitas siswa sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri secara positif. Hal ini dapat dicapai dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam aktivitas yang melibatkan kreativitas seperti membuat kerajinan tangan, painting, menulis atau membuat musik.

Dengan pendekatan pendidikan yang lebih seimbang dan multidimensional, sistem pendidikan Indonesia bertujuan untuk mencetak generasi yang lebih berkualitas dan bisa menghasilkan karya nyata bagi kemajuan bangsa. Dalam hal ini, pendidikan karakter lebih diutamakan daripada kemampuan akademis belaka. Oleh karena itu, sebagai orang tua ataupun pendidik, kita harus memastikan bahwa aspek moral dan karakter memberikan perhatian yang sama dalam proses pendidikan.

No Karakter Proaktif
1 Berkemauan kuat dalam menghadapi tantangan
2 Berani mengambil risiko yang dihadapi
3 Pengembangan kemampuan berpikir kritis
4 Pengembangan kemampuan komunikasi yang efektif
5 Kepercayaan diri yang kuat

Sayembara menulis esai tersebut bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, informasinya bisa ditemukan pada Suara.com.

Sampai Jumpa Lagi, Terima Kasih Sudah Membaca

Itulah hasil penjabaran mengenai pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap sistem pendidikan Barat yang menekankan rasio dan ilmu pengetahuan tanpa adanya kesadaran moral. Kita bisa mengambil pelajaran dari pandangan tersebut dalam upaya membangun sistem pendidikan yang lebih baik di Indonesia. Terima kasih sudah membaca artikel ini, jangan lupa untuk berkunjung lagi ke website kami untuk mendapatkan konten-konten menarik lainnya. Sampai jumpa!

You May Also Like

About the Author: berkahjoe_admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *